Hidup kita penuh
dengan ketidakpastian. Gaya hiup sehat tak menjamin penyakit dan kematian akan
menghilang. Karenanya kita perlu merencanakan perlindungan terhadap resiko tak
terduga di masa depan. Kenyataan berkata, masih banyak orang di Indonesia yang
blum melihat asuransi sebagai pilihan.
Riset yang digagas
AIA Financial, bekerjasama dengan MarkPlus pada tahun 2011 menemukan bahwa
hanya dua dari lima orang di Indonesia yang memiliki persiapan menghadapi
risiko dimasa depan. Sedangkan tingkat kepemilikan asuransi jiwa baru dapat
menjangkau 1 dari 6 orang Indonesia.
Masyarakat masih
punya persepsi yang keliru terhadap produk asuransi dan menganggap ini sebuah
beban bagi sumber daya keuangan mereka. Sebagian lagi tak terlalu memikirkan
kesulitan menghadapi musibah di masa depan dan hanya bergantung pada nasibnya
semata.
Padahal dalam tiga
tahun terakhir,biaya pengobatan di Indonesia telah meningkat 10-14% (Laporan
Tower Watson 2011). Tanpa perubahan struktur pendapatan dirumah tangga dan
dngan tingkat inflasi sekitar 6,5%, biaya hidup dapt terus meningkat setiap
tahunnya.
Menurut studi AIA
Financial, rata-rata tingkat kesenjangan perlindungan antara kebutuhan financial
di masa depan dengan protteksi yang tersedia di keluarga Indonesia mencapai
77%. Studi Swiss Re menyatakan meskipun kesenjangan perlindungan Indonesia
telah menurun dari 88% pada tahun 2000 menjadi 78% pada tahun 2010, namun
jumlah nominal kesenjangannya meningkat 11% setiap tahunnya trutama untuk
kebutuhan memproteksi kematian.
Survei menyimpulkan
pula bahwa hanya sebgian kecil responden yang membeli sendiri perlindungan
asuransinya. Kebanyakan dari mereka mendapatkan perlindungan asuransi dari
kantornya masing-masing.
Asuransi seharusnya
tidak dipandang sebagai beban pada sumber keuangan seseorang jika kita mampu
merencanakan keuangan dengan baik. Asuransi bukanlah beban tetapi asset.
Referensi :
Buku A Step Toward REACHING YOUR GOALS!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar