Senin, 04 November 2013

Akademik Bukan yang Utama


Kemampuan akademik masih menjadi tolak ukur bagi orang tua dalam menilai kecerdasan anak. Alhasil, sisi akademiklah yang terus dikembangkan, tanpa mengacuhkan soft skill. Jika dibiarkan berkelanjutan, kemungkinan besar anak akan tumbuh sebagai sosok yang kurang komunikatif dan sulit mengembangkan diri. 

Kesuksesan yang dialami seseorang tidak hanya dipengaruhi kecerdasan dibidang akademik, tapi juga soft skill. Sesuai dengan namanya soft skill merupakan keterampilan yang bersifat halus dan tidak begitu terlihat. Biasanya berkaitan dengan emosi dan pengelolaan diri dalam berhadapan dengan orang lain, di antaranya kemampuan berorganisasi, berkomunikasi, dan memecahkan masalah. Namun, kecenderungan orang tua zaman sekarang adalah takut jika anaknya tidak mendapat nilai akademik yang baik. Artinya, nilai yang bisa digunakan untuk naik kelas atau lulus dalam ujian.

Banyak orang tua yang terlalu sibuk mencari uang agar bisa menyekolahkan anaknya ditempat terbaik. Lalu mereka menuntut anak untuk giat belajar, ikut berbagai les akademik demi meraih nilai maksimal. Padahal kecerdasan anak tidak hanya dipandang dari nilai akademik saja, tetapi juga bagaimana kemampuannya berinteraksi dengan orang lain. Kalau di sekolah, hal ini memang jarang diajarkan. Disinilah kewajiban orang tua untuk menanamkannya kepada anak sedini mungkin.

Disejumlah sekolah, kurikulum yang diberlakukan memang membuat jadwal anak-anak terlihat padat. Pulang dari sekolah, mereka harus berhadapan dengan PR dan tugas lainnya dari guru. Anak bukannya malas berorganisasi, tetapi tidak sempat karena keseharian habis untuk mengerjakan hal akademik. Kalaupun ada aktivitas lain diluar jam sekolah, biasanya masih berkaitan dengan akademik, seperti les mata pelajaran.

Seiring perubahan zaman, persaingan antar individupun semakin ketat,khususnya didunia kerja. Untuk itu dibutuhkan keterampilan agar seseorang bisa menang dari persaingan.Dalam hal itu, sesorang harus mampu menyeimbangkan hard skill dan soft skill.

Hard skill merupakan penguasaan individu, terkait kemampuan teknis, akademis, dan pengetahuan teori yang berhubungan dengan suatu bidang ilmu. Proses pembelajaran disekolah dan universitas bertujuan untuk mengembangkan hardskill seseorang. Sementara soft skill terkait dengan kemampuan yang mendukung hardskill, seperti bahasa ,komunikasi, etika kerja yang positif, dan tingkah laku yang baik. Tapi bisa diarahkan bersama kelompok, mengikuti jenis kegiatan non-akademik seperti berorganisasi.

Untuk menjadi seorang pemimpin, tentu harus memiliki keduanya, hard skill dan soft skill. Seorang pemimpin harus pintar menguasai ilmu tertentu, yang termasuk hard skill. Seorang pemimpin juga harus komunikatif dalam arti memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan dan mendengarkan seseorang yang dipimpinnya. Dan itu termasuk soft skill. Ada orang yang pintar dalam bidang ilmu tertentu, namun tidak bisa berbicara di depan orang banyak. Oleh karena itu keduanya haruslah seimbang.

Namun, menurut saya justru dijaman sekarang ini kebanyakan anak lebih diutamakan kemampuan hard skillnya. Nilai akademiknya bagus, namun proses mengerjakannya itu diabaikan. Ujian Nasional contohnya, dulu Ujian Nasional yang hanya beberapa hari dijadikan satu-satunya standar atau tolak ukur untuk kelulusan siswa dengan mengabaikan proses belajar selama tiga tahun. Seperti yang kita tahu ada siswa yang kesehariannya pintar namun tidak lulus Ujian Nasional yang akhirnya memilih untuk bunuh diri. Saya pikir sangat disayangkan hal itu bisa terjadi.

Selain itu, banyak kejadian orang yang nilai IPK nya bagus namun sulit untuk mendapatkan kerja. Bahkan ada juga orang tidak sekolah namun bisa sukses. Oleh karena itu, pendidikan yang tinggi dan  IPK yang bagus tidak bisa dijadikan sebagai jaminan untuk sukses, apalagi jika tidak memiliki keterampilan yang bisa ditonjolkan.

Lalu bagaimana cara mengembangkan soft skill? Semua ini bisa didapatkan melalui pelatihan atau pengembangan kepribadian yang dimulai dari diri sendiri. Karena soft skills ini tidak hanya bermanfaat dalam lingkungan kerja, namun bermanfaat dalam menghadapi kehidupan. Berikut ini adalah beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan soft skills :        

1. Menjadi bagian dari suatu organisasi, untuk belajar menghargai orang lain
2. Minta pada salah seorang anggota keluarga untuk meneliti kepribadian Anda dan  menulis sisi baik dan buruk kepribadian Anda    
3. Berusaha mengatur waktu dengan lebih baik 
4. Berlatih menghadapi kritik       
5. Berlatih cara memberi kritik dengan positif   
6. Berusaha untuk hidup dengan lebih baik  
     
Ada juga beberapa cara yang mudah untuk meningkatkan interpersonal skill, karena bagaimanapun manusia pastinya akan berhubungan dengan manusia lainnya, yaitu :
1. Tersenyum, untuk meningkatkan energi positif.       
2. Menghargai orang lain   
3. Belajar mendengarkan orang lain        
4. Berkomunikasi dengan jelas     
5. Penuhi diri dengan rasa humor 
6. Jangan sering mengeluh  

Soft skills ini menjadi salah satu kunci kesuksesan di lingkungan kerja maupun masyarakat. Dengan kemampuan soft skills yang baik, tentunya akan dapat mendatangkan kebaikan dan membuat seseorang dapat lebih menonjol di lingkungan. Daripada katakanlah seseorang yang pandai secara akademis,namun tidak mau menghargai orang lain. 

Di era globalisasi dan teknologi seperti ini, tampaknya keramahan dan pengertian masih menjadi faktor utama, yang menjadikan manusia tetap menjadi manusia yang sesungguhnya.


Referensi :

Majalah Kartini No. 2329

Tidak ada komentar:

Posting Komentar