Kemampuan akademik masih menjadi tolak ukur bagi orang tua dalam menilai kecerdasan anak. Alhasil, sisi akademiklah yang terus dikembangkan, tanpa mengacuhkan soft skill. Jika dibiarkan berkelanjutan, kemungkinan besar anak akan tumbuh sebagai sosok yang kurang komunikatif dan sulit mengembangkan diri.
Kesuksesan yang
dialami seseorang tidak hanya dipengaruhi kecerdasan dibidang akademik, tapi
juga soft skill. Sesuai
dengan namanya soft skill merupakan keterampilan yang bersifat halus dan tidak
begitu terlihat. Biasanya berkaitan dengan emosi dan pengelolaan diri dalam
berhadapan dengan orang lain, di antaranya kemampuan berorganisasi,
berkomunikasi, dan memecahkan masalah. Namun, kecenderungan orang tua zaman
sekarang adalah takut jika anaknya tidak mendapat nilai akademik yang baik.
Artinya, nilai yang bisa digunakan untuk naik kelas atau lulus dalam ujian.
Banyak
orang tua yang terlalu sibuk mencari uang agar bisa menyekolahkan anaknya
ditempat terbaik. Lalu mereka menuntut anak untuk giat belajar, ikut berbagai
les akademik demi meraih nilai maksimal. Padahal kecerdasan anak tidak hanya
dipandang dari nilai akademik saja, tetapi juga bagaimana kemampuannya
berinteraksi dengan orang lain. Kalau di sekolah, hal ini memang jarang diajarkan.
Disinilah kewajiban orang tua untuk menanamkannya kepada anak sedini mungkin.
Disejumlah
sekolah, kurikulum yang diberlakukan memang membuat jadwal anak-anak terlihat
padat. Pulang dari sekolah, mereka harus berhadapan dengan PR dan tugas lainnya
dari guru. Anak bukannya malas berorganisasi, tetapi tidak sempat karena
keseharian habis untuk mengerjakan hal akademik. Kalaupun ada aktivitas lain
diluar jam sekolah, biasanya masih berkaitan dengan akademik, seperti les mata
pelajaran.
Seiring
perubahan zaman, persaingan antar individupun semakin ketat,khususnya didunia
kerja. Untuk itu dibutuhkan keterampilan agar seseorang bisa menang dari
persaingan.Dalam hal itu, sesorang harus mampu menyeimbangkan hard skill dan
soft skill.
Hard
skill merupakan penguasaan individu, terkait kemampuan teknis, akademis, dan
pengetahuan teori yang berhubungan dengan suatu bidang ilmu. Proses pembelajaran
disekolah dan universitas bertujuan untuk mengembangkan hardskill seseorang. Sementara
soft skill terkait dengan kemampuan yang mendukung hardskill, seperti bahasa ,komunikasi,
etika kerja yang positif, dan tingkah laku yang baik. Tapi bisa diarahkan
bersama kelompok, mengikuti jenis kegiatan non-akademik seperti berorganisasi.
Untuk
menjadi seorang pemimpin, tentu harus memiliki keduanya, hard skill dan soft
skill. Seorang pemimpin harus pintar menguasai ilmu tertentu, yang termasuk hard
skill. Seorang pemimpin juga harus komunikatif dalam arti memiliki kemampuan
untuk mengungkapkan gagasan dan mendengarkan seseorang yang dipimpinnya. Dan
itu termasuk soft skill. Ada orang yang pintar dalam bidang ilmu tertentu,
namun tidak bisa berbicara di depan orang banyak. Oleh karena itu keduanya
haruslah seimbang.
Namun,
menurut saya justru dijaman sekarang ini kebanyakan anak lebih diutamakan
kemampuan hard skillnya. Nilai akademiknya bagus, namun proses mengerjakannya
itu diabaikan. Ujian Nasional contohnya, dulu Ujian Nasional yang hanya
beberapa hari dijadikan satu-satunya standar atau tolak ukur untuk kelulusan
siswa dengan mengabaikan proses belajar selama tiga tahun. Seperti yang kita
tahu ada siswa yang kesehariannya pintar namun tidak lulus Ujian Nasional yang
akhirnya memilih untuk bunuh diri. Saya pikir sangat disayangkan hal itu bisa
terjadi.
Selain
itu, banyak kejadian orang yang nilai IPK nya bagus namun sulit untuk
mendapatkan kerja. Bahkan ada juga orang tidak sekolah namun bisa sukses. Oleh
karena itu, pendidikan yang tinggi dan IPK yang bagus tidak bisa dijadikan sebagai jaminan
untuk sukses, apalagi jika tidak memiliki keterampilan yang bisa ditonjolkan.
Lalu
bagaimana cara mengembangkan soft skill? Semua ini
bisa didapatkan melalui pelatihan atau pengembangan kepribadian yang dimulai
dari diri sendiri. Karena soft skills ini tidak hanya bermanfaat dalam
lingkungan kerja, namun bermanfaat dalam menghadapi kehidupan. Berikut ini adalah beberapa cara untuk
meningkatkan kemampuan soft skills :
1. Menjadi bagian dari suatu organisasi, untuk belajar menghargai orang lain
2. Minta pada salah seorang anggota keluarga untuk meneliti kepribadian Anda dan menulis sisi baik dan buruk kepribadian Anda
3. Berusaha mengatur waktu dengan lebih baik
4. Berlatih menghadapi kritik
5. Berlatih cara memberi kritik dengan positif
6. Berusaha untuk hidup dengan lebih baik
Ada juga beberapa cara yang mudah untuk meningkatkan interpersonal skill, karena bagaimanapun manusia pastinya akan berhubungan dengan manusia lainnya, yaitu :
1. Tersenyum, untuk meningkatkan energi positif.
2. Menghargai orang lain
3. Belajar mendengarkan orang lain
4. Berkomunikasi dengan jelas
5. Penuhi diri dengan rasa humor
6. Jangan sering mengeluh
Soft skills ini menjadi salah satu kunci kesuksesan di lingkungan kerja maupun masyarakat. Dengan kemampuan soft skills yang baik, tentunya akan dapat mendatangkan kebaikan dan membuat seseorang dapat lebih menonjol di lingkungan. Daripada katakanlah seseorang yang pandai secara akademis,namun tidak mau menghargai orang lain.
Di era globalisasi dan teknologi seperti ini, tampaknya keramahan dan pengertian masih menjadi faktor utama, yang menjadikan manusia tetap menjadi manusia yang sesungguhnya.
Referensi :
Majalah Kartini No. 2329
Tidak ada komentar:
Posting Komentar